Kantong Tanaman untuk Kelola Sampah

Kelola Sampah
Komposter
Author

Ikhlasul Amal

Published

December 16, 2014

Tulisan ini diniatkan sebagai kelanjutan tulisan tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di kantor. Jika di tulisan sebelumnya kantor kami disebut memiliki lahan luas di belakang, sehingga saya dapat mengubur sampah organik dengan rotasi terhadap beberapa galian, sejak satu setengah bulan lalu kantor kami pindah ke lokasi baru yang berbeda sama sekali: lahan kosong terbatas.

Sampah tetap diproduksi dari kegiatan kantor. Tradisi lama untuk sampah saset camilan atau minuman harus dipertahankan: tempat sampah khusus sudah disiapkan sejak awal di lokasi baru. Bersama dengan kertas, jenis ini sudah terdefinisi jelas, tinggal diteruskan. Karena tidak memiliki pepohonan lagi sekarang, sampah daun kering jauh lebih sedikit. Sampah sisa makanan berjumlah tetap, hanya saja sekarang kami tidak memiliki binatang yang menghabiskan sisa makanan tsb. –sebelumnya penjaga kantor memelihara ayam dan sisa makanan habis dilahap ayam.

Salah seorang kenalan dekat menceritakan inisiatifnya menggunakan komposter untuk sampah buangan dapur di rumahnya. Semua tinggal dimasukkan ke dalam tong komposter, diciprati cairan pemercepat pembusukan, dan kira-kira 3 bulan kemudian setelah komposter penuh, pupuk kompos hasilnya dapat dipanen. Ini solusi praktis, di beberapa toko penyedia komposter, Kencana Online misalnya untuk Bandung, tersedia dengan harga kisaran Rp700 ribu untuk ukuran sedang. Harga yang layak dibandingkan manfaatnya; walaupun buat yang suka kerajinan, membuat sendiri wadah komposter juga dimungkinkan dengan memanfaatkan tong bekas.

Sudah hampir ditetapkan untuk pesan komposter, sekelebat terpikir bahwa sampah sisa makanan relatif cepat terurai hancur dibanding dedaunan. Bagaimana jika saya siapkan kantong tanaman (polybag) dan sisa makanan tsb. diaduk dengan tanah? Menarik juga sebagai percobaan.

Kantong Tanaman untuk Tempat Sampah

Segera disiapkan: satu kantong tanaman berukuran sedang dapat digunakan untuk sampah makan siang dua hari. Agar bercampur dengan tanah, dibuat berlapis sisa makanan dan lapisan tanah. Ukuran tanah secukupnya sampai dengan bau sampah makanan tidak terasa; hal ini bertujuan agar tidak mengundang lalat. Dengan cara ini, setiap tiga sampai empat hari saya siapkan kantong tanaman baru dan saya letakkan berjajar agar mudah diketahui kantong tanaman yang lebih awal. Dari percobaan yang baru saya lakukan satu setengah bulan, tiga pekan sudah cukup untuk menghancurkan sampah sisa nasi atau sayuran, yang lebih lama daun pisang. Untuk mempercepat penguraian, isi kantong tanaman diaduk-aduk agar lebih merata, sekaligus untuk melihat kondisi sampah, sudah terurai atau belum.

Gangguan tentu ada dan tidak terduga buat saya. Pada pengadaan kantong tanaman keempat, keesokan paginya ditemukan berantakan dan bagian bawahnya robek hasil dikoyak-koyak. Dugaan terkuat diserang tikus yang tergoda bau sisa makanan, apalagi di kantong tanaman terdapat lubang-lubang pembuangan air. Untuk mencegah hal ini, kantong tanaman ditambahi agar rangkap; ternyata beberapa hari kemudian, serangan tikus masih berulang. Langkah terakhir yang dicoba: di antara dua lapis kantong tanaman tersebut diselipkan kertas bekas, dengan tujuan bau sisa makanan di dasar kantong tanaman tidak mudah terhidu dari luar. Untuk sementara, serangan tikus dapat diatasi.

Rencana berikutnya jika kantong tanaman sudah banyak dan yang lebih awal sudah jadi pupuk kering, akan dilakukan rotasi: isi kantong tanaman ditaburkan sebagai pupuk kompos ke tanaman dan kantong tanaman siap untuk digunakan dari awal. Seharusnya tidak terlalu repot mengatur perputaran sampah ini.

Pengolahan sampah seperti ini sangat mudah, hampir tidak perlu bekal teknis khusus, melainkan ketelatenan dan antusiasme membantu pengelolaan lingkungan. Hanya diperlukan waktu 15 menit/hari untuk mengangkut sampah dari dapur sampai dengan menguruk dengan tanah. Jika volume sampah dapur terlihat banyak, bantuan zat pemercepat penguraian seharusnya dapat membantu. Saya belum pernah menggunakan zat tambahan seperti itu, jadi belum dapat membandingkan.

Rencana lain jika dengan cara ini ternyata tidak efektif sudah disiapkan, yaitu pembelian tong komposter seperti semula. Nanti saja, setelah tiga bulan misalnya, akan dievaluasi. Yang ada sekarang dikerjakan dulu.